Saat 'Israel' Mengakui Kejahatannya Sendiri

Admins     16.30  No comments

Akhirnya setelah 65 tahun sejak didirikan, negara 'Israel' mengakui kejahatan dirinya. Hal itu terjadi setelah 43 komandan dan pasukan dari unit intelijen militer yang paling rahasia di 'Israel' yang dikenal dengan unit 8200 menandatangani piagam pengakuan resmi yang mereka ajukan kepada PM Netanyahu dan Menteri Perang Israel Moseh Ya’alon. Mereka menyatakan resmi menolak menjalankan tugasnya di wilayah Palestina terjajah karena aktivitas spionase amoral terhadap warga Palestina.

Meski ada 24 personel militer di tahun 2002 menyatakan menolak bergabung dalam operasi pembunuhan terencana di Jalur Gaza setelah terbunuhnya dan terlukanya 100 warga Palestina dalam operasi serangan udara ke rumah tokoh Hamas Shalah Shahadah, namun “keluhan (sikap keberatan) bersejarah” saat ini yang dimulai format (pengaduannya) beberapa bulan sebelum agresi ke Jalur Gaza telah membuka kedok sikap dan prilaku sistematis penindasan secara politis 'Israel' terhadap warga Palestina.

Salah satu yang dikeluhkan oleh penandatangan surat piagam itu adalah bahwa sebagian besar dari tugas mereka tidak terkait dengan keamanan 'Israel' dan pembelaan diri. Namun tugas mereka adalah memperpanjang penjajahan dengan cara menguasai semua sendi-sendi kehidupan warga Palestina di Tepi Barat. Para komandan dan pasukan 'Israel' itu menegaskan dengan pernyataan yang pasti menolak mereka diperalat untuk memperdalam kekuasaan militer di tanah terjajah.

Para penandatangan piagam di atas menyimpulkan bahwa intelijen 'Israel' berusaha menciptakan perpecahan di dalam masyarakat Palestina. Bahkan sebagian kalangan militer 'Israel' yang membelot itu mengungkap sebagian detail “mengerikan” terkait aktivitas unit 8200 yang mereka ungkapkan dalam pengakuannya kepada media Inggris. Salah satu detail itu terkait semua informasi tentang kekhususan dan sifat personal warga Palestina, termasuk kehidupan keluarga dan seksualnya, masalah keuangan dan sakit yang mereka derita. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk diperas dan dipaksa untuk bekerjasama dengan 'Israel' sebagai mata-mata.

Mereka yang menolak untuk menjalani tugas itu mengakui bahwa pemerintah 'Israel' menganut cara otoriter, represif dan jauh dari demokratis seperti yang mereka klaim. Terutama, 'Israel' memperlakukan setiap warga Palestina sebagai target tindakan teroris 'Israel' meski mereka hidup secara biasa tidak ada hubungan dengan perlawanan penjajah yang dilingungi oleh undang-undang internasional dan kemanusiaan.

Jika kebangkitan nurani ini telah menyebabkan kerikuhan di kalangan sebagian elit 'Israel' yang mengaku komitmen membela HAM, maka pada saat yang sama, watak khusus rasis negara 'Israel' amoral dan anti kemanusiaan ini suatu ketika pasti akan mendorong aksi pembelotan demi pembelotan di kalangan 'Israel' sendiri. (Mazen Hammad/Al-Wathan Qatar)

*sumber: infopalestina

,

0 komentar :

Recent Post

Proudly Powered by Blogger.