KEMISKINAN MENGGUGAT | Oleh @ErieSudewoID

Admins     20.30  No comments

Simpul terkuat negara terletak pada simpul terlemahnya, yaitu kemiskinan. Lalu, bagaimana jika #KemiskinanMenggugat ?

1. Rasulullah SAW bersabda: “Bisakah kita tidur nyenyak sementara tetangga di sebelah kelaparan”. Pesan sederhana, tapi daleeem bingit ...

2. Bersyukurlah yg kaya. Dg kekayaannya, dia leluasa bantu fakir miskin. Tak usah bantu satu kampung. Atasi 1 orang miskin saja, masya Allah

3. Bersyukurlah yg cerdas. Cerdasnya bisa atur strategi dan cara utk atasi kesulitan orang miskin. Maka subhanallah, social entrepreneur

4. Beruntunglah org kaya & org cerdas, berkolaborasi atasi kemiskinan. Jalinan sinerji ini jadi kekuatan dahsyat. Memang, Allahu Akbar

5. Rogoh kocek keluarkan ZIS itu mulia. Tapi manajemen meyakini, membuat organisasi itulah karya sesungguhnya | #KemiskinanMenggugat

6. Dengan organisasi, kerumunan dibariskan. Langkah diayunkan serentak. Kekuatan dipadukan. Lalu visi jadi biduk kemana organisasi bergerak

7. Pepatah Arab bilang: “Jika kau ingin cepat, jalanlah sendiri. Jika ingin berjalan jauh, melangkahlah bersama-sama” | #KemiskinanMenggugat

8. Ketika kau ingin bekerja sendiri, kemampuan menyelesaikan hanya tergantung pada dirimu semata | #KemiskinanMenggugat #CharacterBuilding

9. Ketika kau tak ingin bekerja sendiri, pekerjaan bukan hanya lebih ringan, tapi dengan tim banyak hal bisa dicapai | #KemiskinanMenggugat

10. Saat rogoh kocek sendiri, dasar kantong langsung tersentuh. Itulah kocek kita, dangkal. Alias uang terbatas | #KemiskinanMenggugat

11. Atasi si miskin sendirian, sehebat-hebatnya ya begitu-begitu saja. Saat kita sakit, redup sudah kemampuan bantu membantu. Selesai kan!

12. Di organisasi, yg kita tak mampu pun bisa terwujud. Buat sekolah, pabrik, home industry, kampung wakaf dan perumahan si miskin

13. Dan yg harusnya paling beruntung adalah pejabat negara. Mereka punya jabatan, kekuasaan, wewenang, uang dan organisasi --> pemerintahan

14. Apapun yang dilakukan pejabat negara jelas sah. Negara punya kebijakan, kita tak bisa apa-apa. Buat UU, kita tak tahu dan tiba-tiba ada

15. Lalu mengapa negara makin sulit capai welfare state? Bicara ke-MAMPU-an harusnya sudah selesai. Sebab seluruhnya sudah di tangan pejabat

16. Soal ke-MAU-an, ini masalahnya. MAMPU dan MAU berbeda. Banyak yang mau tapi tak mampu. Ada yang mampu tapi tak mau #KemiskinanMenggugat

17. Pertanyaannya kini: “Sungguh-sungguhkah pejabat MAU bekerja demi kemakmuran bangsa?” Soal fasilitas, bukankah sudah lebih dari cukup?

18. Kelola negara itu ibarat kelola keluarga. Dengan normal-normal saja, masing-masing keluarga punya cara dan ikhtiar atasi kesulitan hidup

19. Jika anda dari keluarga normal, lebih sulit mana : Atasi kemiskinan keluarga atau hendak jadi kaya raya? #KemiskinanMenggugat

20. Mengapa jadi sulit, sebenarnya kembali pada cara berpikir dan keinginan kita sendiri. Penuhi kebutuhan lebih mudah daripada keinginan

21. Pertama, lihat, sebelum menikah, laki-laki dan perempuan sudah mimpi model keluarga, punya berapa anak dan rumah mungil pun cukup

22. Tanpa sadar inilah rencana. Punya 1 atau 10 anak, itu SUNNAH. Tinggal kita jelaskan nanti ke malaikat alasan mengapa 1, 3 atau 10 anak

23. Saat punya anak, WAJIB kita pelihara baik-baik. Jika tak sungguh-sungguh merawat, khawatir ini jadi beban tanggung jawab kita pd Allah

24. Saat berpikir ingin punya anak, beda dengan merawat. Berpikir mudah, merawat? Bukan hanya rezeki. Tapi ada hidup setelah mati kan?

25. Bangun gedung 50 lantai mudah. Tapi membangun 1 jiwa anak, sampai Yaumil Akhir tak selesai. Bangun 10 jiwa anak? #KemiskinanMenggugat

26. Apakah jiwa dalam diri kita sebagai orang tua sudah betul terbina untuk tunduk padaNya? Selain hati kita, hanya Allah yang Maha Tahu

27. Ulat bulu, belatung dan semut memang sudah dijamin rezekinya. Tapi ingat binatang makan sesuai kebutuhan dan hanya sekadar untuk hidup

28. Hawa nafsu manusia berbeda. Keserakahan kita ingin lahap apapun untuk 7 turunan. Tatanan rusak, yang imbasnya menjungkal siapapun

29. Saat tak mampu penuhi kebutuhan anak, bukankah ini bencana? Bencana itu akibat orang lain, atau punya anak kita anggap hal kecil?

30. Saat anak-anak terlantar, kurang makan dan pendidikan, bukankah kita ikut lahirkan dan tambah deret kemiskinan? #KemiskinanMenggugat

31. Kemiskinan ada dalam diri kita dan keluarga. Semua diawali dari kita sendiri. Salah kelola nafsu, hasilnya salah pikiran. Itu sumbernya

32. Saat kemiskinan melilit, mudahkah kita ajak anak-anak sujud pada Allah? Hilang nyawa, mati namanya. Hilang iman, itulah 'KIAMAT'

33. Pejabat negara seperti kepala keluarga. Mesti adil, tak berat sebelah, ikhtiar ada sumber rezeki, tak boros, tak curang, tegakkan aturan

34. Dan ternyata jangan-jangan sumber masalah di hasrat dan cara berpikir. Ketika pejabat negeri punya kepentingan sendiri, maka rusaklah

35. Ibaratkan di keluarga. Bapak kolaborasi dengan ibu dan anak-anak yang kuat dan cerdas | #KemiskinanMenggugat #CharacterBuilding

36. Asset keluarga sebisa-bisanya dikuasai. Lalu kuasai pula tatanan hukumnya | #KemiskinanMenggugat #CharacterBuilding

37. Anak-anak yang lemah tak diurus. Anak-anak yang 'cacat', maaf, tak terpikir. Mereka makan atau tidur dimana, itu urusan masing-masing

38. Saat ada keributan, kerahkan anak yang kuat. Saat ada tuntutan ini itu, beri subsidi. Jika subsidi memberatkan, saatnya nanti cabut lagi

39. Saat anak kesayangan salah, reaksi lambat. Saat yang bukan kesayangan bermasalah, segera tindak. Hukum memilih terhukum

39a. Keluarga kisruh, peta terbelah. Anak kesayangan makin kuat dan kaya. Anak bukan kesayangan tersisih, lemah dan tak berdaya

40. Keluarga kisruh, peta terbelah. Anak kesayangan makin kuat dan kaya. Anak bukan kesayangan tersisih, lemah dan tak berdaya

41. Kira-kira apakah gambaran ini cocok dengan kemelut di Indonesia? Ya tidaknya,tergantung posisi | #KemiskinanMenggugat #CharacterBuilding

42. Esok 6 Sept’14, kita kupas lagi. Agar lebih luas dan mendalam, tentu butuh kupasan anda juga. Jangan ragu, lontarkan pandangan anda

(Kultwit pagi @ErieSudewoID edisi Jumat, 5/9/2014)

Edisi sebelumnya: BAHAYA KEMISKINAN

,

0 komentar :

Recent Post

Proudly Powered by Blogger.