BI: Inflasi Tetap Dalam Sasaran Target Meskipun BBM Dinaikkan (Mendekati 5.5 %)

Admins     11.30  No comments

Bank Indonesia (BI) memprediksi laju inflasi sepanjang 2014 bisa mencapai batas atas target inflasi 4,5 plus minus satu persen jika harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinaikkan jelang akhir tahun oleh pemerintahan baru mendatang.

"Memang itu akan menambah inflasi, tapi berdasarkan hitung-hitungan kami kisaran inflasi akan ada dalam sasaran target tapi mendekati batas atas (5,5 persen)," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (11/9).

Inflasi pada Agustus 2014 lalu menurun seiring dengan meredanya tekanan harga pasca Idul fitri. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Agustus mencatat inflasi sebesar 0,47 persen (mtm) atau 3,99 persen (yoy). Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender Januari-Agustus 2014 telah mencapai 3,42 persen.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Solikin M Juhro mengatakan dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap laju inflasi tergantung dari besaran kenaikan harga BBM itu sendiri.

"Kalau terkait dengan BBM yang kemungkinan November naik itu dampaknya tergantung naiknya berapa. Kalau hitung-hitungan selama ini naik sekitar Rp1.000 per liter, dampaknya bisa satu persen terhadap inflasi," ujar Solikin.

Namun, lanjut Soliki, dampak kenaikan harga BBM itu sifatnya 'one time shock' di mana efek dari kenaikan tersebut memang besar terutama pada 2-3 bulan pertama, sebagaimana yang terjadi pada tahun lalu.

"Kalau tahun lalu waktu BBM naik kita lihat, ketika BBM naik kami prediksi inflasi bisa 9,8 persen (ytd) hingga akhir tahun, tapi dengankoordinasi yang baik dengan pemerintah, akhirnya dampak BBM bisa diminimalisir sehingga inflasi tahun lalu cm 8,3 persen (ytd)," kata Solikin.

Solikin menambahkan Bank Indonesia tentu akan menggunakan bauran instrumen untuk mengantisipasi dampak peningkatan harga BBM karena akan mempengaruhi banyak hal. Second round effect atau dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM juga perlu direspon berkoordinasi dengan pemerintah.

"Langkahnya juga harus pre emptive, tidak harus suku bunga. Tergantung kenaikannya, tergantung kapannya, dan tergantung sampai mana dampaknya," ujar Solikin.
(Ant)

,

0 komentar :

Recent Post

Proudly Powered by Blogger.