RENCANA Jokowi yang kabarnya menempatkan CEO
perusaahan-perusahaaan multinasional dalam jajaran kabinetnya, seperti
Darwin Silalahi, CEO Shell Indonesia, atau orang-orang bermasalah
seperti Ari Soemarno, Raden Priyono yang memilik track yang kurang
bagus.
Hal ini mementahkan upaya pemerintahan Jokowi-JK untuk
memperjuangkan ideologi Trisakti kemerdekaan yang selama ini diusung,
yakni berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan
berkepribadian secara kebudayaan.
Salah satu sektor yang paling menggiurkan bagi para pebisnis terutama perusahaan multinasional asing adalah sektor migas.
Salah satu sektor yang paling menggiurkan bagi para pebisnis terutama perusahaan multinasional asing adalah sektor migas.
Sejauh ini sektor migas telah menjadi ajang pengerukan
kartel internasional, sindikat bisnis dan mafia dalam kekuasaan secara
bersama-sama. Jokowi harus memperhatikan bahwa kuatnya kepentingan para
pebisnis untuk menguasai kekuaasaan, dan berlindung dibalik kekuasaan
untuk memperluas bisnis mereka.
Para pebisnis yang menjarah minyak, tambang, hutan
Indonesia tidak layak menemptkan CEO dan orangnya dalam jajaran kabinet.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Jokowi secara tegas telah menyatakan
bahawa menterinya yang berasal dari parpol harus melepas jabatan parpol.
Mestinya Jokowi juga menyatakan komitmennya untuk
membebaskan kabinetnya dari para pebisnis, orang yang terlibat langsung
dalam bisnis, baik sebagai CEO perusahaan perusahaan asing, maupun
perusahaan nasional.
Jika maksud Jokowi melepaskan kabinetnya dari jeratan
parpol adalah untuk menjamin profesionalitas kabinetnya, maka Jokowi
juga harus melepaskan kabinetnya dari jeratan para pebisnis untuk
menjamin agar tidak terjadi conflict of interest.
Oleh karena itu, seharusnya Jokowi membangun komitmen agar
para menteri harus bebas sama sekali dari perusahaan-perusahaan yang
selama ini menggerogoti kekayaan nasional. Karena para pebisnis inilah
yang jauh lebih berbahaya dari pengurus parpol.
Pengurus parpol masih memiliki tanggung jawab kepada
konstituen, sehingga dia akan sangat berhitung jika sepak terjangnya
merugikan konstituennya.
Sementara pebisnis, kartel dan sindikat internasional, hanya bertanggung jawab kepada keuntungan dan uang.
Salamudin Daeng
Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia
Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia
0 komentar :